Baraknews OKU Selatan, Muaradua – Tari Pagar Pengantin adalah tarian adat Palembang yang biasanya ditampilkan saat resepsi pernikahan. Tarian ini bukanlah sekadar tarian yang sifatnya menghibur, melainkan ada sebuah makna, Minggu (9/7).
Tarian tersebut, yang dimainkan oleh anak didik Novi, dari Sanggar Tari Elyang bertempat di Lingkungan VII Pasar Lama Ulu Kelurahan Bumi Agung Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan, dan dimainkan sebanyak 4 (empat) penari, ini sering dipentaskan di setiap resepsi pernikahan.
Novi selaku ketua sanggar mengatakan, untuk mengangkat kesenian daerah agar terus dikembangkan dan dilestarikan di masyarakat luas. Maka dari itu saya kembangkan melalui anak-anak didik saya.
“Anak didik saya pun merasa senang karena dapat mengembangkan kesenian daerah yang sudah turun-menurun ini. Dari tarian ini semoga terus dapat di kembangkan, supaya dapat dikenal di masyarakat luas,”ungkap Novi ketua Sanggar Tari Elyang.
Melalui anak didik saya ini agar mereka dapat mengenal kearifan Adat Budaya yang ada di Indonesia, dan merekalah yang nantinya menjadi penerus Bangsa, maka dari itu saya kenalkan mereka dengan kesenian Tarian Pagar Pengantin.
“Selain Tarian Pagar Pengantin ada tarian lainnya yang sering dipentaskan seperti Tari Mbo Jamu,”katanya.
Dikatakan, gerakan lemah gemulai pengantin wanita pun selaras dengan para penari pengiring begitu pula dengan Tari Mbo Jamu.
Nah, berikut ini beberapa makna dan filosofi Tari Pagar Pengantin adat Palembang, seperti, simbol pelepas masa lajang. Tarian pagar pengantin ini dilakukan di awal resepsi yang menggambarkan ungkapan selamat datang kepada para tamu yang hadir.
Mempelai wanita menari bersama beberapa penari pengiring. Tarian ini pun sekaligus menjadi simbol melepas masa lajang bagi pengantin wanita.
Kemudian, pergaulan tak lagi sebebas seperti saat lajang. Mempelai wanita berdiri di atas dulang dan menari dan kemudian diikuti pemasangan tanggai ke jari-jemari mempelai wanita.
Dulang atau nampan besar tersebut adalah sebuah simbol ruang gerak istri yang sudah tidak luas lagi seperti waktu masih lajang.
Tindakan-tindakannya tak bebas lagi. Ia sudah berada di lingkaran kehidupan rumah tangga yang direpresentasikan dengan dulang agung keemasan.
Disambung, melambangkan sikap lemah lembut. Istri sebelum menari dipakaikan tanggai di jari jemarinya agar jarinya terlihat lentik saat menari. Ini menunjukkan keanggunan sang istri, dan bertutur kata lemah lembut kepada suami.
Gemulai jari ini pun menunjukkan lambang kebersamaan seperti jari jemari di tangan yang beriringan setiap gerakan.
Dengan siap menghadapi bahtera rumah tangga. Mempelai wanita menari bersama para penari sembari menaburkan beras kunyit ke kedua mempelai.
Hal ini menjelaskan bahwa mempelai wanita siap melepas masa lajang, berpisah dengan teman-teman sepermainan.
Setelah tarian terakhir bagi mempelai putri karena tidak diperkenankan lagi menari di depan umum kecuali atas izin suami.
Seorang Istri menjadi tanggung jawab Suami. Pria berdiri di belakang istri yang sedang menari menggambarkan bahwa sang pria siap menjaga istri. Suami memiliki tanggung jawab menafkahi dan juga siap menempuh kehidupan rumah tangga. (HR)