Ciamis– Pada tanggal 21-25 Oktober 2024, LSI Denny JA melakukan survey elektabilitas Paslon Pilakada Ciamis. Sampel sebanyak 440 orang. Sejauh penelusuran penulis, belum menemukan pada berita di media populasinya berapa, tetapi kemungkinan 960.995 orang yang berasal dari DPT Pilkada Ciamis 2024 yang dirilis KPU Ciamis.
Hasilnya dari 440 orang tersebut, baru 76,3% (335,72 orang) yang sudah menentukan pilihannya dimana terbagi memilih Paslon HY 85,5 % (376,2 orang), memilih kotak kosong 11,6 % (51,4 orang), dan swing voters/pemilih yang bisa berubah pilihannya 2,9 % (12,7 orang).
Dengan demikian, ada 23,7% (104,28 orang) yang belum menentukan pilihan, apakah memilih paslon HY atau Kolom (Kotak) Kosong atau tidak memilih siapapun dan apapun.
Dengan hasil survey tersebut, mensrik untuk menelaah berapa orang masyarakat pemilih Ciamis yang potensial tidak memilih HY? Dan bagaimana tingkat legitimasi Paslon HY di masyarakat Ciamis jika terpilih nanti?
Menurut Endin,” Kita mulai dari angka partisipasi pemilih pada pilkada Ciamis tiga kali terakhir, Pilkada 2008 (73,22%), Pilkada 2013 (68,82%), Pilkada 2018 (77,99%).
Dari pemberitaan media, ketua KPU Ciamis menargetkan partisipasi pemilih pada pilkada 2024 sebesar 85%. Satu target yang cukup berani, karena naik 7,01 % dari partisipasi pada Pilkada 2018 yang waktu itu Paslon HY berkompetisi dengan Paslon lain, bukan melawan kotak kosong seperti sekarang.
Kenapa berani, karena hipotesisnya: semakin ketat kompetisi, maka akan semakin tinggi partisipasi. Sebaliknya semakin longgar kompetisi, maka akan semakin rendah tingkat partisipasi. Sedangkan eksistensi paslon tunggal membuat kompetisi menjadi tidak ketat.
Lepas dari pandangan optimistik tingkat partisipasi di atas, partispiasi 85% dari DPT 960.995 adalah 816.845,75 orang. Maka ada 15% (144.143,25 orang) yang potensial tidak memberikan hak suaranya pada pilkada Ciamis 27 Nopember 20224 nanti.
Kalau hasil survey LSI di atas diterapkan sekarang berdasarkan tingkat partisipasi (816.845,75 orang), maka yang sudah menentukan pilihannya sebanyak 76,3 % (623.253,307 orang) dan 23,7% (193.592,44 orang) belum menentukan pilihannya.
76,3 % (623.253,307 orang) yang sudah menentukan pilihannya terbagi 3: memilih HY 85,5% (532.881,57 orang), memilih koko 11,6% (72.297,38 orang) dan swing voter 2,9% (18.074,34 orang).
Dengan demikian, potensi yang tidak memilih HY adalah 144.143,25 orang (karena tidak memberikan hak suaranya), ditambah 72.297,38 orang (karena memilih koko), jumlah total 216.440,63 orang (26,6%).
Kalau memakai pandangan optimistis, swing voter sebanyak 18.074,34 orang akhirnya melabuhkan pilihannya sebanyak 50% ke HY dan 50% ke Koko, maka masyarakat pemilih yang tidak memilih HY bertambah menjadi 225.477,79 orang. Kemudian kalau masyarakat pemilih yang belum menentukan pilihannya ternyata pada saat pemungutan suara sebanyak 50% memilih HY dan 50% memilih koko, maka masyarakat pemilih yang tidak memilih HY bertambah menjadi 322.244,01 orang (29,85%).
Jumlah 322.244,01 orang (29,85%) itu bukan angka yang baik untuk sebuah legitimasi kepemimpinan, apalagi kalau tingkat partisipasi anjlok dibawah pilkada 2018 (77,99%), swing voter dan undecided voter lebih memilih koko, maka masyarakat pemilih Ciamis yang tidak memilih HY bisa mencapai sebanyak 495.473,155 orang (51,55%).
Idealnya paslon itu bukan hanya menang kontestasi, tetapi mempunyai legitimasi kuat agar dalam melaksanakan program-programnya mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Karenanya, dibutuhkan kerja esktra dari paslon, tim kampanye, partai pengusung untuk menaikan tingkat partisipasi, meraih swing voter dan undecided voter kalau ingin menang kontestasi sekaligus menang legitimasi.