Baraknews banjar–, Perjuangan melawan penyakit diabetes yang dialami oleh Adjat (52), warga Cikabuyutan Timur, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat, yang telah menjalani perawatan intensif selama 12 hari di Rumah Sakit di Kota Banjar.
Operasi diabetes yang dijalaninya mengharuskannya untuk merelakan sebagian dari bagian tumitnya. Sebuah pengalaman yang tidak hanya menyentuh hati pasien, tetapi juga membawa kisah yang luar biasa bagi keluarganya, terutama Mimin Suhermin, sang istri.
Mimin Suhermin membagikan pengalaman sulit yang dihadapi oleh suaminya. Awalnya, masalah dimulai dengan kondisi kaki yang pecah-pecah, yang kemudian semakin parah dan membutuhkan penanganan lebih lanjut. Kondisi diabetes yang sudah lama diderita oleh Adjat membuat proses penyembuhan menjadi lebih rumit. Dokter pun akhirnya menyarankan operasi sebagai satu-satunya pilihan untuk mengatasi masalah ini.
“Awalnya kaki suami saya pecah-pecah atau orang Sunda mengenalnya dengan istilah rorombeheun, terus sama suami saya dikopek-kopek. Lama kelamaan luka-luka. Kebetulan suami saya itu punya penyakit diabetes. Jadi, tidak sembuh-sembuh hingga harus operasi,” cerita Mimin Suhermin, saat menemani suaminya di rumah sakit.
Dalam situasi yang sulit ini, keluarga Adjat menghadapi dilema terkait biaya pengobatan. Namun, berkah harapan muncul ketika mereka mengetahui bahwa Adjat terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ia terdaftar sebagai peserta segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI), yang iuran bulanannya ditanggung oleh pemerintah daerah.
Kepesertaan Adjat ini membawa kelegaan bagi keluarga, terutama Mimin Suhermin, yang tidak hanya mengalami kekhawatiran akan kesehatan suaminya, tetapi juga beban finansial yang mungkin timbul.
“Waktu itu saya sangat takut sekali bayar, sedangkan saya tidak pegang uang. Alhamdulillahnya, ternyata suami saya sudah terdaftar sebagai peserta JKN. Kami dapat bantuan dari pemerintah daerah untuk iuran rutinnya. Masih ingat sekali, saat itu saya langsung nangis bahagia. Alhamdulillah, Allah bukakan pertolongan melalui Program JKN. Terima kasih sekali BPJS Kesehatan sudah menyediakan program ini,” ungkap Mimin sambil menangis terharu, mengenang masa sulitnya itu.
Mendengar pengalaman Mimin Suhermin, terlihat jelas bahwa JKN memberikan dampak positif dalam memberikan perlindungan finansial dan akses pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi masyarakat. Program ini menjadi penopang bagi pasien diabetes seperti Adjat, memastikan bahwa mereka dapat mendapatkan perawatan yang layak tanpa harus khawatir tentang beban biaya yang terlalu berat. Selama proses perawatan di rumah sakit, Mimin Suhermin juga menyaksikan langsung kualitas layanan yang diberikan kepada suaminya. Ia menyampaikan bahwa suaminya dilayani dengan tanggap.
“Saat menjalani perawatan di rumah sakit dengan memanfaatkan BPJS Kesehatan, suami saya mendapatkan pelayanan yang positif dan responsif dari pihak rumah sakit. Ini memberikan kami kepastian mengenai waktu perawatan yang diberikan, memberikan kenyamanan selama masa perawatan,” jelas Mimin.
Tak hanya itu, Mimin mengaku kenyamanan ruangan juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Rumah sakit memberikan fasilitas yang bersih dan nyaman bagi pasien, menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan. Ini memberikannya ketenangan pikiran, mengetahui bahwa suaminya tidak hanya mendapatkan perawatan medis yang optimal, tetapi juga berada di lingkungan yang mendukung pemulihan.
“Tidak kalah penting, kami sangat menghargai responsivitas tenaga medis di rumah sakit. Setiap pertanyaan atau kebutuhan kami direspons dengan cepat dan dengan penuh perhatian. Mereka memberikan penjelasan yang jelas mengenai kondisi suami saya.. Pengalaman ini menguatkan keyakinan kami pada manfaat BPJS Kesehatan, tidak hanya memberikan perlindungan finansial, tetapi juga akses pelayanan kesehatan berkualitas. Terima kasih kepada tim medis yang telah memberikan perawatan terbaik untuk suami saya, menjadikan BPJS Kesehatan pilihan yang tepat dalam mendukung kesehatan keluarga kami,” tutup Mimin