Baraknews Banjar– Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menjadi harapan hidup bagi Ati Rohayati (56), warga Langkaplancar, Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat. Setelah didiagnosis sakit gagal ginjal sejak 2021, ia dapat melakukan cuci darah dua kali dalam sepekan dengan dukungan JKN.
Ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar, Ati Rohayati dengan penuh rasa syukur menceritakan pengalaman positifnya dengan layanan JKN. Ia tidak hanya mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam terhadap BPJS Kesehatan, tetapi juga memuji layanan unggulan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
“Saya sangat berterima kasih yang sebesar-besarnya karena BPJS Kesehatan sudah menyediakan Program JKN. Sejak didiagnosis menderita sakit gagal ginjal, sudah tiga tahun saya harus cuci darah. Selama itu pula saya memanfaatkan Program JKN dan semua biaya ditanggung Program JKN,” ungkap Ati.
Ati, yang terdaftar sebagai peserta segmen Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI), mengakui bahwa iuran bulanan yang dibayarkan tidak sebanding dengan besarnya manfaat yang diterimanya. Menurutnya, tanpa Program JKN, biaya cuci darah yang mencapai jutaan rupiah per sesi dapat menjadi beban finansial yang tidak terbayangkan.
“Jika bukan berkat Program JKN, saya tidak tahu dari mana saya bisa membiayai cuci darah. Setiap sesi cuci darah dengan biaya umum dapat mencapai jutaan rupiah, dikalikan delapan kali setiap bulan. Iuran bulanan yang saya bayarkan tentunya tidak sebanding dengan manfaat besar yang saya peroleh dari Program JKN” tambah Ati.
Ati juga berbagi kisah sulitnya sebelum menjadi peserta JKN. Sebelumnya, ia harus mengeluarkan belasan juta rupiah untuk pengobatan dan sempat merasa putus asa. Namun, setelah mengetahui keberadaan Program JKN, Ati merasa lega karena semua biaya pengobatannya ditanggung sepenuhnya.
“Saya sempat kelimpungan habis belasan juta untuk berobat, sedangkan masa penyembuhan saya masih harus berlangsung lama. Tidak terbayang berapa biaya yang harus saya tanggung. Tentu puluhan hingga ratusan juta bukan angka yang kecil. Alhamdulilah, waktu itu ada yang menyarankan saya untuk mendaftar ke BPJS Kesehatan. Katanya, biaya pengobatan saya akan ditanggung sepenuhnya. Saya tinggal memastikan kepesertaan saya aktif dengan rutin membayar iuran bulanan” jelas Ati.
Dengan cepat, Ati mendaftarkan kepesertaannya ke BPJS Kesehatan, dan hingga sekarang ia sudah menghemat puluhan juta untuk berobat. Ati menyadari bahwa kepesertaan JKN tidak hanya memberikan manfaat pribadi, tetapi juga mendukung prinsip gotong royong.
“Jika saya mampu membayar iuran sendiri, keluarga kami memutuskan untuk tetap menjadi peserta mandiri dan membayar iuran. Saya menyadari bahwa ini adalah sistem gotong royong. Saya berkomitmen untuk selalu membayar iuran tepat waktu dan memastikan agar kepesertaan saya tetap aktif. Selain memberikan manfaat langsung bagi saya, iuran yang dibayarkan oleh peserta lain juga turut membantu saya, sekaligus iuran yang saya bayarkan juga bisa membantu orang lain. Dengan demikian, ini merupakan bentuk saling bantu dan gotong royong yang saya pegang teguh,” jelas Ati.
Dalam proses pengobatannya, Ati menyoroti bahwa layanan JKN memberikan pengalaman yang memuaskan. Baik dari kejelasan jadwal cuci darah, kenyamanan ruangan, hingga pelayanan yang diberikan oleh staf medis di rumah sakit, semua faktor tersebut turut berperan dalam perjalanan penyembuhannya.
“Selama tiga tahun pakai kartu JKN untuk berobat, pengalaman yang saya rasakan sejauh ini bagus sekali. Bagus dalam arti, saya mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya. Secara pelayanan, fasilitas, ataupun penjelasan dari tenaga medis semuanya mudah, tidak ada yang dipersulit. Saya acungkan semua jempol saya untuk pelayanan ini,” tutup Ati.