Oleh: *H. Azkar Badri*
Caleg DPR RI PBB Dapil Kota Bogor dan Cianjur.
Perjalanan waktu, detik demi detik, menit demi menit, tiba di perbatasan tahun, yang kita namakan antara tahun 2023 dan 2024. Tepatnya pada pukul kosong-kosong.
Menyongsong perpindahan tahun yang kita sebutkan itu. Dentuman Kembang Api silih berganti seakan sedang berkompetisi menyambut tahun 2024. Siapa yang paling duluan dan sampai duluan pada titik kosong-kosong (Point Zero-Zero). Pergantian tahun, masuk tahun 2024.
Berhamburan masyarakat keluar rumah menonton kontestasi atau pergelaran Kembang Api di udara (masuk dalam pencemaran udarakah ?). Sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu sejak siang di 31 Desember 2023. Hiburan mengasyikan, ditonton oleh tua muda, laki dan perempuan. Sifatnya ansich rekreatif. Pasti sangat sedikit kalau tidak mau dikatakan tidak ada sama sekali yang mengambil pelajaran (bersifat edukatif) di dalam pergelaran Kembang Api itu.
Dalam pembiayaan, pembelian atau nilai belanja Kembang Api. Dana yang harus dikeluarkan pasti cukup besar. Perkiraan untuk seluruh Indonesia bisa puluhan miliar atau mencapai di angka ratusan milyar ( tidak kita dapat data resmi).
Nilai materi yang sebesar itu, sekejap hilang dan tak meninggalkan bekas. Alias pembakaran uang. Dalam tataran agama itu disebut Mubadzir. Setiap yang Mubadzir masuk kategori teman Syaitan. Lebih jauh lagi Teman Syaitan pasti masuk Neraka. A’udhubillah mindzalik.
Jika direlokasikan dana sebesar itu untuk membantu yang sangat memerlukan. Fakir miskin atau orang tidak berpunya (the have not), tentu sangat bermanfa’at dan banyak yang terbantu. Apalagi jumlah angka kemiskinan sekarang ini cukup tinggi. Ekonomi di level bawah belum berjalan sempurna pasca bencana covid. Banyak lahir miskin baru.
Masalah Kembang Api atau disebut Mercon. Saya ingat masa kecil dulu, orangtua saya tidak ada kompromistis persoalan Kembang Api/Mercon dan Rokok, katanya hal itu masuk kategori Membakar Uang. Kalau sebatas menonton Kembang Api atau Mercon, cukup saja menonton punya orang lain. Tidak ada beda keduanya. Simple logic, berfikir sederhana orangtua dulu sangat betul.
Tapi jika pembakaran Kembang Api diniatkan untuk memberikan peringatan keras, bahwa umur kita sudah berkurang lagi. Mari kita mengkaji ulang tahun lalu, muhasabah, introspeksi. Sudah berapa banyak amal ibadah kita, kerja kemanusiaan atau karya-karya sosial kita. Mungkin tidak masuk dalam perangkap Mubadzir. Semacam peringatan besar kita memasuki tahun atau masa baru. Kelihatan kasat mata umur kita bertambah. Tetapi sesungguhnya berkurang. Ini yang dikatakan nilai edukatifnya. Membuat langkah kedepan, memaksimalisasikan tugas keagamaan dan kemabusiaan sebagai kholifah fil ardhi yang diamanahkan oleh Allah SWT akan diciptakan oleh Sang Khalik dan sempat mendapat bantahan dari Malaikat, seperti dalam Surah Al Baqoroh.
Atau boleh juga kita maknai, Dentuman Kompetisi Kembang Api dalam menyambut tahun 2024 sangat berbeda dengan masuk tahun 2023 kemarin. Ada sebuah simbolistis, pesan yang akan disampaikan kepada khalayak bangsa Indonesia, bahwa di awal tahun ini akan terjadi pesta raksasa, melibatkan seluruh warga, Pesta Demokrasi sebagai eufimisme dari Kontestasi Pemilihan Umum.
Bagaimana tidak dalam Pemilihan Umum (Pemilu) ini, arena pemlihan Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan para anggota legislatif pusat/provinsi/kota dan kabupaten, Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Daerah. Kemudian tidak berselang lama, diiringi dengan pemilihan para kepala daerah, Gubernur, Bupati atau Walikota. Bukankah pesta akbar/raksasa demokrasi.
Dalam sebuah pesta, pasti semua orang bergembira. Karena banyak unsur hiburan, sekali lagi rekreatif. Ada yang berseloroh, wajar saja dalam acara itu ada pentas lelocon atau dagelan. Tapi mudah-mudahan dalam pesta demokrasi ini tidak ada Dagelan atau Lelucon Demokrasi. Biayanya terlalu besar untuk seleksi publik keterpilihan para tokoh bangsa.
Mudah-mudahan fikiran pisimistis tersebut tidaklah benar. Mari kita lebih meningkatkan ibadah vertikal dan horizontal kita. Waktu selalu berputar, dan dia tidak pernah menunggu kita kita bertaubat dan berbuat lebih baik.
Dengan Bismillah. Mari kita teruskan perjalanan waktu ini. Mudah-mudahan diakhirnya waktu untuk kita. Kita berada dalam Husnul Khatimah. Alfaatihah.