Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.*
Setiap orang sejatinya tidak menyukai sikap membual, bahkan yang membual juga tidak suka dengan pembual lain. Banyak bicara banyak bohongnya sehingga menjadi banyak salahnya.
Dikatakan takwa adalah obat dari segala perkara.
Orang tidak tahu, dengan belajar menjadi tahu, belajar menjadi takwa. Orang terjebak dalam masalah dengan izin Allah bisa lepas atau lolos dengan takwa, bahkan kondisi terkepung atau terlilit oleh berbagai persoalan dijanjikan terlepas darinya dengan takwa, bahkan jurang yang dapat menjerumuskan ke dalam kebinasaan dapat terhindarkan dengan takwa.
Pada titik tertentu, bahkan takwa tidak hanya berupa solusi atas berbagai persoalan, namun selain terdapat anugerah di dalamnya berupa hikmah-hikmah juga terdapat banyak kebaikan lain di antaranya sebagai berkali lipat balasan atas suatu perbuatan tatkala jalan yang ditempuh adalah ketakwaan.
Termasuk persoalan yang dihadapi manusia dengan manusia, jalan keluar dari berbagai dinamika identik bersamaan dengan sebut saja kehidupan semisal berbagai dugaan kezaliman, perasaan kesewenang-wenangan atau tindakan tidak menyenangkan yang mungkin terdapat di dalamnya dengan jalan takwa.
Tersebut persoalan berupa interaksi sesama manusia, meski bukan puncak namun paling sering tampak terjadi adalah terkait interaksi sesama manusia. Pergaulan dengan berbagai bentuk intensitasnya, terkadang membentuk hubungan yang menimbulkan konsekuensi baik berupa kesalahpahaman, perkataan yang menyinggung, membangkitkan rasa dab emosi, serta perbuatan yang bahkan tidak sedikit berakibat fatal.
Perihal sikap terhadap penulis sering istilahkan dalam berbagai artikel dengan “bisikan” sejatinya merupakan bagian tidak terpisahkan dalam menempuh jalan takwa. Sekedar pembiaran perlu juga dipahami sebagai sikap justru tegas dan dalam rangka mengikuti teladan terhadap sosok bapak yang diberkahi berserta keluarganya nabi besar Ibrahim.
Tidak semata senantiasa bercampur tangan, sikap pembiaran bermakna dalam redaksi berlepas diri. Ketaatan bahwa dapat dikategorikan termasuk akidah yang berarti sikap yang patut dan sudah seharusnya diyakini diucapkan dan dilaksanakan sebagai bagian bentuk ketakwaan.
Sampai sudah pemaknaan takwa dalam peran sebagai penyumpal para pembual. Tidak harus identik dengan sikap keras berupa tindakan fisik, kelenturan berpikir serta langkah diiring rasa keimanan dan keilmuan yang senantiasa dibina adalah bentuk sumpalan, mungkin tidak terhadap si pembual, yang kemudian diketahui tertuduh sebagai pembual tersebut yaitu berupa “bisikan-bisikan”, tetapi menyumbat berbagai jalan masuk serta agar tidak terpengaruh atau terlena olehnya, “bisikan” tersebut!