Baraknews Pangandaran–Keluarga pasien merasa tidak puas atas pelayanan Rumah sakit umum daerah (RSUD) banjar. Kejadian tersebut menimpa salah satu keluarga pasien saat mendampingi orang tua yang sedang control ke spesialis psikiatri.
Di ketahui kondisi RSUD banjar selasa 06 desember 2022 terlihat penuh oleh pasien yang berdatangan dari mana-mana dengan berbagai keluhan.
Sajidin (33) keluarga dari pasien sarjiah (45) merasa tidak puas dengan pelayanan RSUD Banjar pasalnya attitude seorang dokter psikiatri kurang baik di matanya.
Di ceritakanya Ia sampai di lokasi sekitar pukul 07:30 pagi lalu mengantri mengambil nomer antrian hingga mendapatkan nomer antrian C73. Kurang lebih 30 menit nomer antrian C73 mendapat panggilan dari loket empat dan di arahkan ke ruang pemeriksaan psikiatri.
Terlihat di area psikiatri penuh dengan pasien yang sedang menunggu pemanggilan, Sebelum memasuki ruang dokter pasien di periksa terlebih dahulu terkait keluhan yang di alami oleh petugas/pendamping dokter yang sedang di temani anak kecil di duga anaknya di area persis depan ruanganya.
“Kalo gak salah jam 08:30 pagi, Ibu saya di periksa tentang keluhanya, biasanya ibu saya kalau di tanya dokter atau pendamping dokter tidak pernah terbuka makanya waktu itu saya yang memberi keterangan kepada pendamping dokter” ungkapnya saat di wawancarai rabu 07/12/2022.
Lebih lanjut “Saya tidak bisa menjelaskan semua soalnya kata si pendamping kalau lebih rincinya nanti di tanyakan langsung ke dokter. Katanya.
Berhubung ia tidak memakai masker ia dilarang masuk ke ruangan dokter apapun dalihnya.
“Saya memohon kepada si pendamping supaya di izinkan tapi tetep tidak bisa, saya di arahkan untuk membeli masker dulu ke warung depan baru bisa masuk” katanya
“Ahirnya, tambah ia saya ngedadak beli dulu ke depan supaya saya bisa masuk mendampingi ibu saya ke ruangan dokter” imbuhnya.
Namum setelah berhadapan dengan dokter diah ia menyebut pelayanan dokter psikiatri di luar dugaan bahkan diah sempat mengeluarkan nada tinggi memanggil petugas/pendampingnya.
“Pas saya menggeserkan kursi sekitar 10 cm saya kaget si dokter teriak-teriak memanggil petugas soalnya saya menggeserkan kursi padahal saya hanya berniat ingin lebih dekat supaya penyampaian si dokter lebih jelas kedengaranya” ucapnya.
“Saya kena marah sama dokter katanya saya pasien bandel, soalnya dia merhatiin saya dari dalam karena tidak memakai masker” tambahnya.
Setelah beberapa menit sarjiah diperiksa di beri pertanyaan oleh dokter diah ia pun di sarankan untuk keluar dari ruanganya.
“Silahkan bapa keluar pemeriksaan sudah selsai kata si dokter kepada kami” katanya.
Sebelum keluar ia memohon meminta waktu tambahan untuk pemeriksaan ibunya kata ia ada beberapa keluhan dan perilaku aneh yang ia mau sampaikan.
“Dokter tidak memberi waktu katanya sudah selsai, saya mencoba diam karena saya mau menyampaikan keluhan ibu saya tapi si dokter malah teriak-teriak lagi memanggil pendamping dan menyuruh pendamping menelpon pihak pelayanan” ujarnya.
“Saya di suruh menunggu di depan soalnya kata si pendamping mau ada dari pihak pelayanan datang kesini” Sebutnya.
Ia mengatakan setelah menunggu beberapa menit dua orang dari petugas pelayanan datang menghampiri dan ia di bawa ke ruangan yang tidak jauh dari ruang pemeriksaan.
“Saya di suruh menceritakan kronologi dari awal sampai ahir ia pun menduga hanya kurang memahami karakter masing-masing soalnya karakter dokter diah emang keras seperti itu lalu dari pihak pelayanan meminta maaf atas nama dokter diah” pungkasnya.
Sajidin berharap “pihak RSUD banjar harus mengedepankan attitude dalam melayani pasien apalagi pelayanan terhadap pasien ( upi)